Senin, 11 September 2017

semua itu karena Allah

SEMUA ITU KARENA ALLAH.
Karya Novi Khusna
 
     Pagi adalah waktu yang menurutku sangatlah indah. Dengan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang dan sawah hijau yang melintang. Membuat hati semakin tenang. Di tambah lagi dengan hawa yang begitu dinginnya pagi ini..

     Hmmm … itulah gambaran dari suasana kotaku.. yang sangat aku banggakan. ,,mungkin hingga tua kan ku pijaki kota tercintaku ini. Dimana pula disinilah tempat ku terlahir,tempat pertama kali ku hembuskan napasku.

     Aku terlahir dari rahim seorang wanita penjual kue keliling. Seorang wanita yang berhati mulia dan berjiwa tegar. Disini pula seorang wanita paru baya mempertaruhkan nyawa,hanya berbekal dengan doa.Dan berharap tangan tuhan mau membantunya.yaaa…wanita itu adalah ibuku, ,malaikat yang akan selalu temani hatiku, yang akan selalu menjaga ragaku dan yang akan selalu menyayangiku hingga kelak ku tutupkan mata kembali menghadap sang illahi. Sedangkan bapak ku hanya berprofesi menjadi penarik becak yang tak akan pernah pasti hasilnya.
“Hmmm..” pagi ini ku hembuskan nafasku, ku terbangun dari lelapnya tidurku semalam. Entah kenapa pagi-pagi buta aku telah terbangun dari tidurku,, mungkin hawa dingin yang menusuk tulangku membuat diriku terbangun. Sang surya saja belum terbangun dari tidurnya.
Semua Itu Karena Allah

     Saat itu ku merasakan kejenuhan dalam kamarku. Ku berniat untuk keluar dari kamar. Saat aku tengah membuka selambu kamar yang sangat kumal. Ku mencium aroma masakan khas ibuku. Dan ku lihat asap tunggu pun telah mengebul. Ku bergegas ,mengikuti aroma yang sangat sedap itu. Aku yakin ibu masak nasi special untukku. Yaa, karena kita jarang sekali makan nasi. Paling Cuma ubi rebus. Itupun kalau ada. Kalau gak yaa..hanya minum saja. Oleh karena itu nasi sudah termasuk makanan spesial untukku.
Ku toleh dapur yang terbuat dari bilih bambu tersebut dan saat itu pula ku sapa ibuku “ ibuu….” Lalu ibu pun tersenyum kepadaku. Cantik sekali saat dia tersenyum, seperti bidadari bagiku. Dan saat itu ku hanya tersenyum dan merasakan kehangatan pada tunggu alat untuk memasak ibu. Saat itu suasana sangatlah hening hanya ada aku dan ibu.

     Ku memulai pembicaraan “ ibu..ibu masak apa?nasi yaaa…aromanya sedep bangetss….”
“Hahahah…kamu bisa saja Syifaku sayang” tersenyum sambil mengelus rambutku
“yaa..iya dong bu…anak siapa?” aku pun berbalas memujinya.
“Tau gak bu..pagi ini udara begitu dinginn. Tapi disaat belaian ibu kepadaku dan hanya ditemani api di tunggu. Serasa ada yang menyelimutiku bu, terasa begitu hangatnya.” Sambil ku tidur dipangkuan ibuku.
“ oh yaaa…tapi jika suatu saat ibu telah tiada,, bagaimana?? Siapa yang menjadi pengganti ibu di saat syifa kedinginan..” sambil tak terasa ibu meneteskan air mata.
“ ibuuuuuuuuu…… Syifa tau, umur tak dapat di perkira oleh manusia. Tapi yakinlah buu…selamanya ibu akan selalu di hati Syifa. Syifa cinta ibu karena ALLAH.’’ Sambil tangan ini menghapus air mata yang telah mengalir di pipi cantik ibu..
Tak terasa perbincangan dalam dekapan hangat ibu membuat waktu tak terasa bergulir begitu cepatnya. Dan kini jarum jam telah menunjuk pada angka 4 lebih. Adzan pun telah terdengar oleh telingaku.Kokokan ayam pun mulai berbunyi, itu bertanda sang surya akan segera datang.
Ibu menyuruhku segera mandi dan bergegas untukku sekolah,sedangkan ibu melanjutkan perkerjaannya tadi yang sempat terhenti oleh ku. Sebelum itu aku dan ibu bergegas menambil air wudhu. Saat ku akan melepaskan bando kesayanganku, ibu menyuruhku membangunkan bapak yang tengah tertidur lelap. Mungkin ia merasakan lelah setelah bekerja hingga larut malam, terkadang aku kasihan sama bapak.

     Aku membangunkannya untuk sholat shubuh berjama’ah yang telah dilakukan seperti biasa di keluargaku.
“ bapak…pak… ayo bangun, waktu shubuh telah datang!” sambilku goyangkan badan bapakku.

Tak lama bapak terbangun dari tidurnya, berlahania membuka mata.
“ooohh.. Syifa..ada apa nak ?” sambil sayup-sayup bapakku membuka mata.
“bapakk….ayo sholat..sudah ditunggu ibu”sambilku menarik tangan bapak.
“oh masya alloh…. Ini sudah shubuh toh?’’ ayah langsung bergegas bangun dari tempat tidurnya dan bergegas mengambil air wudhu.

     Aku,bapak,dan ibu sholat berjamaah. Bapaklah yang menjadi imam di keluarga kecil kami. Aku bahagia memiliki bapak dan ibu yang sangat menyayangiku. Walaupun dilihat dari materi kami termasuk orang-orang miskin. Tapi dengan ada mereka di dekapanku…ku rasa aku adalah orang paling terkaya.
“Pak…bu… Syifa berangkat sekolah dulu yaaa.” Ku mencium tangan mereka berdua.
“ iya nak.. Syifa disekolah jangan nakal ya..jangan ikut teman-teman Syifa..jadilah anak yang pandai yaaa sayangg… jadilah anak yang bisa ibu dan bapak banggakan. Kami sayang kamu Syifa.” Ibu memelukku serasa ibu tak ingin kehilanganku.
“assalamu’alaikum bu..pakk..”sambilku lambaikan tangan pada mereka.
“wa’alaikum salam hati-hati di jalan.” Ibu dan bapak membalas lambaian tangan dariku.
Ku berangkat dengan jalan kaki, jauh sih..! Tapi bagiku jarak tak dapat menyurutkan langkahku untuk menimba ilmu disekolah. Apalagi ku teringat akan pesan ibu setiap pagi untukku. Dan harapan ibu di setiap langkahku. Aku harus bisa jadi anak kebanggaan ibu !
Ku menelusuri sawah-sawah dan menyebrang sebuah sungai yang gak terlalu dalam ketinggian airnya. Mungkin hanya di bawah lututku. Aku berjalan menuju sekolah dengan bernyanyi di sepanjang perjalanan,ku nikmati aroma surga dunia. Kunikmati pemandangan yang mungkin manusia tak dapat membuatnya. Hanya tuhan yang maha kokohlah yang dapat menciptakaannya.SUBHANALLAAAAHHH…..
Sesampailah di sekolah tempat ku menimba ilmu. Semua teman-teman telah menyapaku di depan gerbang sekolah SMP.AL-JANNAH O1. Sekolah terfavorit di kotaku.Mungkin hanya orang-orang kaya yang bisa masuk sini..
Yaa..berhubung secara materi aku lemah tapi mungkin IQ ku lumayan tinggi. Jadi aku dapat di terima pada sekolah termewah ini. Semua temen juga suka padaku. Mereka bilang aku anaknya selain pinter periang pula. Hehehe….
Aku masuk kekelas bersama Cahaya PUtri Laila anak pengusaha ternama di ASIA. dan saat bersamaan bel tanda masuk telah berbunyi. Teeeeeetttt……aku duduk bersamanya. Lalu bu Laila masuk ke kelasku.yaaa..kerena saat ini pelajaran matematika. Dan yang mengajariku adalah bu Laila guru yang terkenal cantik dan baik hati.

     Uupsss..bu Laila hari ini tidak masuk sendirian dikelasku melainkan didampingi oleh kepala sekolah pak Ridwan namanya. “wah ada apa nih !” batinku sambil hati berdebar-debar. Entah kenapa hari ini aku sangat berdebaran.bu Laila masuk dan menyapa murid-murid di kelasku.
“assalamu’alaikum anak-anak” sapa bu Laila
“waaa..aa.alaikum salam bu Laila” murid-murid membalas sapa
“aanak-anak kedatangan bapak kepala sekolah disini untuk memberi kabar gembira untuk kalian” dengan tersenyum bu Laila menyampaikannya.
“ ehhhmmm….boleh tau gak bu kabar gembiranya apa” sang ketua geng Beuti dengan tidak sopannya. Itu Bella namanya.ketua geng yang paling suka usilin aku ma Caca.
“Bella..tunggu ibu belum selesai bicara..”sambiil sedikit jengkel melihat tingkah Bella di hadapan bapak kepala sekolah.
Lau ibu melanjutkannya “biar bapak sendiri yang akan memberitahunya”

     Sejenakku terdiam bersama teman-temanku.hati semakin gak karuan.melihat pak Ridwan yang sangat terkenal kedisiplinannya dan tidak ingin di selah saat ia sedang berbicara. Hanya diam dan diam. Hanya ada keheningan yang membalut di dalam kelas ku.
“anak-anak yang bapak banggakan. Berdirinya bapak di sini akan menyampaikan sebuah informasi yang sangat penting. Berhubung sekolah ini sudah di kenal dengan murid-murid yang sangat cerdas seperti kalian maka bapak wali kota. Mengundang murid yang terbaik di sekolah ini untuk mewakili kota udalam rangka mengikuti lomba cerdas cermat “ Jenius Matematic” tingkat seJawa Timur. Hadiah yang akan di berikan tidak main-main. Hadiah untuk juara satu 10 juta, juara dua 5 juta sedangkan juara tiga 1 juta dan langsung di kirim ke tingkat se-Indonesia. Kalian semua akan saya seleksi. Saya akan memilih 2 yang terbaik. Yang akan mewakili kota ini. Kalian siap bukan?” sambil tersenyum dan menyakinkan murid dikelasku.
‘‘huuuftt..’’ ku hembuskan nafas untuk meredakan tegangku tadi.
“Pak kapan acara penyeleksiannya dimulai dan kapan lomba cerdas cermat akan dilaksanakan.” Dengan wajah serius si jagoan matematika di kelasku. Namanya Dian.
“mungkin, bulan depan perlombaannya akan dimulai.” Jawab bapak kepala sekolah.

     Akhirnya, penyamian bapak kepala sekola di kelasku telah usai. Lalu pak kepala sekolah berpamitan keluar ke[ada murid kekelasku.
“sebelum bapak tinggal, masih adakah pertanyaan yang ingin ditanyakan?”
“tidak pak…” murid-murid di kelasku menjawabnya dengan serentak.
“kalau begitu saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan semoga sukses. Terus belajar , jangan lupa berdo’a. Karena ini kesempatan emas untuk anak yang jenius seperti kalian.” Sebuah pesan yang penting dari seorang professor sekaligus kepala sekolah di sekolahanku.
“wichh..hadiahnya oke bengat..tapi, apa mungkin aku terpilih mengikuti lomba itu, Ah,! Aku rasa tak mungkin, paling Dian yang akan terpilih. Secara IQ dia kan tinggi banget lagi pula secara materi juga dia kan tercukupi hanya minta saja langsung tersedia. HUUft…” ku hembuskan nafasku meragukan kemampuanku sendiri.

     Saat itu ku terlamun sendiri, tak ada gairah untuk membicarakan persolan ini.hanya termenung dan berandai-andai“ Andai jika aku terpilih dan aku menang mungkin aku bisa bantu ibu dengan uang yang aku dapatkan dari lomba tersebut .hmm.. aku kasian liat ibu harus berjualan kue keliling dengan panasnya terik matahari yang tak seorang pun dapat berkompromi dengannnya. Kadangkala hujan yang lebat membuat kue-kue yang dibuat ibu tak laku begitu banyak.
“ya Allah,, aku sadar aku tak mungkin dapat ikut dalam perlombaan itu. Apalagi aku bisa menang dalam perlombaan tersebut dan mendapatkan hadiahnya. Itu menurutku tak mungkin. Tapi aku tahu kuasa-Mu begitu besar, kau bisa bolak- balikkan dunia dengan kecepatan kedipan mata.maka tak sulit pula jikalau Engkau dapat memberikan kepercayaan pada hamba dan memilih hamba untuk mewakili kota ini.

     Ya..Al loh.. hanya pada-Mu hamba munyembah dan hanya pada-Mu pula hamba memohon, hamba ingin mengikuti lomba tersebuat ya alloh…jadi izinkan hamba untuk mengikuti lomba tersebut dengan cara lolosnya hamba dalam seleksi yang akan di berikan .hamba ingin membantu ibu yaa..Alloh..hamba kasian pada ibu” ku menulis pada buku diary ku. Berharap alloh akan membantuku nantinya.
“Plessssss”.. suara tebokan tangan yang lembut di bahuku.tapi, tak begitu keras. Ku toleh ke belakang, ku terkejut.ternyata tangan Caca yang menebok bahuku. Caca adalah anak terkaya di sekolahku bapaknya saja seorang Directur di perusahaan minyak diKalimatan sedang ibunya seorang perawat di Rumah Sakit ternama di kota ini.aku sempat heran kenapa dia mau berteman dengan orang miskin sepertiku yang hanya mengandalkan otak saja.
“Syifa kenapa kamu? Kelihatannya wajahmu begitu gelisah” dengan raut wajah yang nampak mengkhawatirkanku.
“Tiii..dddaakkk…aku tidak kenapa- napa kok, kamu gak usah khawatir ya…” jawabku dengan terbata-bata.
“Ah..kamu gak usah bohong dech, kita sudah lama berteman dan aku tahu banget sifatmu, kamu gak biasanya seperti ini, pasti ada apa-apa, ehhh,,aku tahu ! pasti gara-gara tadi yaa… kamu mau ikut lomba itukan?” dengan raut wajah yang gelisah melihatku.
“iya … Ca.. sebenarnya aku pingin banget ikut itu tapi, kurasa itu tidak mungkin. Kamu liat Dian tadikan, kelihatannya dia begitu siapnya mengikuti seleksi tersebut. Kamu tahu kan Ca..selain pinter dia kaya semua dia minta selalu terkabulkan” aku semakin cemas.
“ehmm… Syifa temen Caca yang palinggg cantik.. Syifa gak perlu cemas dengan itu, Syifa butuh dana untuk beli buku?…Caca ada sedikit ung kok buat Syifa.” Sambil memegang bahuku.
‘’ee..eee..jangan Ca..aku gak mau merepotkanmu. Biarlah Dian saja yang mengikuti lomba tersebut.”Ku menolak tawaran Caca padaku.
“Syifa..Caca tahu Syifa butuh uang untuk ibu Syifa kan,!dan ini kesempatan kamu Syif..jadi jangan kamu sia-siakan yaa…!” Caca semakin menyakinkanku bahwa aku bisa.
“ Makasih ya Ca..kamu begtu baiknya dengan aku. Padahal kamu tahu sendirikan aku hanya seorang anak penjual kue dan seorang penarik becak. Tapi kenapa kamu bisasebaik itu dengan ku?” ku merasa termotivasi olehnya.
Sambil memelukku Caca berkata padaku “ Syifa.. masih inget gak ? kalau Syifa pernah ajari Caca kalau CINTA itu karena Alloh. Dan saat ini Caca ingin belajar untuk cinta Syifa karena Alloh, Syifa ingetkan?”
Semua terasa begitu bermakna…terasa hanya ada di panggung sandiwara. Tapi, ternyata kini ada di dalam dunia nyata dan saat ini pula Syifa merasakannya.SUBHANALLAH….ku berterima kasih pada-Mu wahai Robku yang maha agung.

     Dan saat ini aku sedang asyik mempersiapkannya, aku juga diajak oleh caca untuk pergi ke took buku..yang gede’ banget..aku dan Caca juga makan bareng di restaurant, aku juga diajak belajar bersama dirumahnya. Semua terbalut dalam canda dan tawa.hingga kini tiba waktunya penyeleksian siswa yang akan mewakili kotaku yang tercinta ini.
“Caca…aku takutt niiih, semua usaha kita sia-sia,,,” ku tak percaya diri.
“ Syifa …gak boleh begitu..pasrahkan saja semua pada Alloh, pasti Alloh akan beri yang terbaik untuk kita. Yakinlah..! kita bisa.. kerjakan semua ini karena Alloh.” Caca lagi-lagi menyakinkanku.
“oh..yaa Caa..kamu sudah bilang sama ibumu kalau sekarang kita akan mengikuti penyeleksian.”Tanya Caca padaku.

     Ku hanya menggelengkan kepala. Dan ku berkata tidak padanya. Caca pun seketika itu terkejut.
“looooh..! kenapa kamu gak bilang Syif?”
“ Aku takut jika aku gak lolos, ibu jadi sedih. Ya..menurutku tak memberitahunya itu lebih baik.”itulah jawabanku pada Caca
“Ehmmm…Syifa.. kamu gak boleh begitu seharusnya, apapun keputusannya nanti. Ibu kamu pasti akan terima kok.” Caca menasehatiku dengan suara merdunya itu.
“jadi….selama ini Syifa sudah bersalah dong.? Maafin Syifa ya Ca..”merasa ku menyesalinya.
“sudah tak perlu kamu sedih begitu, nasi sudah jadi bubur Syif… lagi pula aku gak nyalahin kamu kok.”Sambil tersenyum kepadaku
“Caca… makasih yaa..Syifa Sayang Caca karena Alloh” sambil ku tersenyum dan memeluknya.
Dan pagi ini sebelum penyeleksian dimulai. Aku menuliskan di buku diaryku saat masa-masaku dengan orang tersayangku. Aku tak ingin masa-masa ini lenyap begitu saja. Aku ingin jika suatu saat ku telah pergi. Mereka bisa baca buku ini dan menyaksikan isi hati berbicara.
 
Diary..
     Aku sayang Caca karena Alloh dan begitu pula dia padaku. Kini aku begitu bahagianya, kurasa memiliki ibu dan ayah beserta teman seperti Caca adalah anugrah tuhan yang paling indah, semoga ini tak akan berlalu begitu saja.semoga aku dengan mereka akan selalu bersama walaupun dalam kesedihan.
Yaa..Rob tuhan sejagad raya… aku mohon jangan pernah kau pisahkan aku dengannya.aku begitu menyanyanginya.aku tahu waktu tak berhenti begitu saja. Dan umur tak akan pernah bertambah..Tapi, aku mohon izinkanlah aku bersamanya hingga akhir aku tutupkan mata.

Penyeleksian pun telah dimulai. Dan setelah beberapa kali bapak kepala sekolah memberi pertanyaan dan memberi soal-soal yang di ujikan. Akhirnya, pengumuman siapa yang terpilih pun dibaca.
“ Syifa, ayo baca bismillah bersama-sama.” Ajak Caca padaku
“BISSMILLAHIROHMANNIROHIM” kita serentak membacanya dengan lirih.

     Bapak Ridwan selaku kepala sekolah mengumumkannya di damping oleh pak Ahmad wakil kepala sekolah dan Bu Lina selaku guru Matematika di kelasku.Namaku dan Nama Caca tersebut dalam pembicaraan pak Ridwan dan pak Ridwan memanggil kita berdua. Aku dan Caca hanya menunduk dan terdiam untuk ngontrol detak jantung yang tak karuan.
“Syifa..Caca.. kemari sayang..” panggil pak Ridwan
Kami pun maju dan menghampirinya.
Pak Ridwan berkata padaku dan Caca.” SELAMAT kalianlah yang mewakili kota ini untuk perlombaan Jenius MATEMATIC di kantor Gubernur di Surabaya” sambil bertepuk tangan di iringi oleh teman sekelasku.

Aku dan Caca pun sepontan terkejut. Kami bersujud syukur dan kami saling berpelukan.
“ Alhamdulillah… Terima kasih ya Alloh” ku sambil berjabat tangan pada pak Ridwan, pak Ahmad dan Bu Lina.tak lupa aku dan Caca berterima ksih pada guru yang selama ini telah membimbing kita. Aku dan Caca sangat bersyukur sekali.

     Terlihat siang telah usai. Kini telah berganti menjadi malam. Aku toleh kamar ibu dan bapak. Bapak ku lihat telah tertidur lelah.Mungkin, karena capek sehabis kerja seharian menarik becak yang sangat berat itu. Sedangkan ibu tak ada di kamar. Ternyata ibu sholat di tempat sholat khusus yang ada di rumah. Saat itu ku membuka kamar sholat ibu dan tak sengaja ibu sedang khusyuk berdo’a.
“ya alloh..hamba lemah..hamba tak punya daya upaya…hamba miskin daripada-Mu.maka hamba mohon maafkanlah hamba atas dosa hamba.
Ya Alloh..engkau pasti tahu.. Syifa anak hamba yang sangat hamba sayangi itu kini semakin besar dan biaya sekolahnya pun semakin tinggi. Tapi, dengan perkerjaan hamba yang seperti ini mana mungkin hamba bisa membiayainya.sedangkan hamba tak ingin ia berhenti sekolah walaupun hanya satu bulan. Dan hamba tak mungkin hanya mengandalkan otaknya yang hanya bisa hamba isi dengan lauk pauk seadanyanya. Hamba mohon berikanlah rezeki lebih kepada hamba sampai hamba bisa melihat Syifa tersenyum karena ia dapat meraih cita-cita yang selama ini ia dambakan. Walaupun harus ku korbankan nyawaku. Ini semua deminya ya Alloh tuhanku.”
Dan saat itu hanya tetesan air mata yang dapat ku keluarkan. Terasa lisan tak ingin mengucapkan kata-kata apapun itu ! doa ibu membuat ku larut dalam heningnya malam. Ku tah, ibu sangat menyanyangiku karna Alloh. Tak terasa tangisan dan keheningan itu membuatku tertidur lelap.

     Pagi telah datang, sang mentari dengan senyumnya membawa sinar yang begitu indah.aku pun terbangun karena sinarnya dan kini tibalah aku berangkat kesekolah. Saat ku telah usai memakai semua seragamku dan siap berpamitan pada ibu dan bapakku.
“bu..pak..Syifa berangkat yaa…”sambilku mencium tangan mereka.
Saat itu pula ibu membisikiku. “nak ibu sayang kamu karena Alloh, maka belajarlah kamu menjadi orang yang bekerja karena Alloh, bukan karena siapapun.”
Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan.

Hari demi Hari telah berganti dan saat ini tibalah waktunya ku mengikuti lomba “Jenius MATEMATIC”
“ Syifa kamu siap!” Caca memelukku dan menyakinkanku.
“Insya Allah siap Caca” aku pun tersenyum padanya.

     Dan saat ini aku teringat pesan ibu bahwa kerjakan segala sesuatu karena Allah. Dan saat ini ku mengikuti lomba bukan karena hadiahnya, namun semua itu karena Alloh.
“Huffftttt” ku tarik nafasku dan ku hembuskan berlahan.
Ku rasa semua begitu cepatnya..tapi aku tak bilang pada ibu..biarlah ini menjadi kejutan kalau aku menang.
Saat ku di dalam mobil milik sekolah bersama Caca, pak Ridwan, dan Bu Lina untuk pergi ke kantor Gurbernur di Surabaya mungkin perjalanannya hanya 1 jam saja.

Aku sempatkan menulis Diary..
Diary…
Tak disangka waktu begitu cepat dan hari ini. Hari Selasa tanggal 20 Mei ku bersama Caca di kirim ke kantor Gubernur.hati berdebar sangatlah kencang di perjalanan ini. Hanya bisa pasrah dan berdoa pada tuhanku Robbi A’alamin.semoga aku bisa.
Ya rob..ku pasrahkan semua ini pada_mu.wahai zat yang dapat membolak balikkan dunia.hanya pada-Mulah keputusan bijak itu terucap. Ku hanya dapat memohon..berilah yang terbaik untukku, dan semua orang yang aku sayangi.
Aminnnnnn….

     Wahh.. kini ku telah tiba dikantor Gubernur sekitar pukul 9 pagi. Dan ku pijaki kota Surabaya yang megah ini. Seumur-umur ku tak pernah pijaki kota kebanggaan masyarakat Surabaya.Aku disambut oleh pejabat-pejabat tinggi Aku disalami looo… tanganya pada dingin semua.semua terlihat cantik-cantik dan ganteng-ganteng.
Kini pukul 10 pagi perlombaan telah di mulai, banyak sekali pesertanya. Pesretanya dari berbagai kota.semua terlihat canti dan putih-putih. Dan disini pesertanya di temani oleh ibu-bunya yang terlihat berdandan begitu glamor.
****

     Perlombaan telah usai, kini tibalah penghitungan sekor. Dan para juri telah membwa sekor para peserta.sang pembawa acara itu pun mulai mengumumkan
“ Adik-adik yang kakak dan bapak ibu banggakan, kalian adalah calaon piñata negeri ini, dan kalianlah anak terbaik diantara teman kalian.dan kali ini kakak akan umumkan siapa yang menjadi juara pada perlombaan ini. “sang pembawa acara tersenyum
Setelah juara 3 dan 2 di raih oleh sekolah di Surabaya kini juara pertama diumumkan. Aku telah merasa mungkin aku dan caca tak akan menang.tapi, ternyata salah.. aku tahun semua itu karena Alloh dan Alloh pun berkehendak. Sekolah AL-JANNAH 01 menjadi juara paertama dalam lomba JENIUS MATEMATIC.
Semua serontak bahagia dan aku pun syukur Caca dan aku berpelukan. Bapak Ridwan pun sama halnya denganku Berpelukan dengan Pak Ahmad. Terasa hari inilah hari yang membahagiakan buatku. Uang 10 juta telah aku dan Caca dapatkan.

     Caca berkata padaku “ Syifa uang ini gak usah kamu bagi ke aku, ambil aja semuanya. Itung-itung buat bantu ibu kamu.” Begitu baiknya Caca denganku.
“Makasih ya Ca..”sambil ku memeluknya.
Semua terasa begitu indah..
Akhirnya aku berniatan uang ini akan ku buatkan toko untuk ibu dan sekarang ibu tak usah lagi berjualan keliling seperti dulu, apa lagi harus melihat ibu berpanas-panasan. Anak siapa yang tega melihat ibunya seperti itu. tak tegalah rasanya. “Ibu……. aku bawa uang untuk ibu, agar ibu tak kepanasan lagi berjualan di jalan.”
****

     Saat itu aku pun pulang diantar oleh pak Ridwan dan tak disangka, semua orang dikampungku telah menyambut bahagia dengan kedatanganku, aku saja terheran-heran. Padahal aku tak memberitahu orang tentang perlombaan ini. Tapi, kenapa semua orang kampung serontak menyambutku.Dan saat yang membahagiakan itu kulihat orang terdepan yang menyambutku adalah ibu bapakku. Dengan hanya memakai sandal jepit dan sarung Mereka tersenyum dan tak terasa mereka meneteskan air mata.
“anakku..ibu dan bapak lihat kamu di TV, kamu hebat nak” sambil memeluk aku dan Caca.
“ibu semua ini demi ibu….’’ Ku melihat wajah ibuku.
Berulangkali ibu menciumku dan mencium Caca temanku.seperti aku telah bersaudara padanya.Semua itu terasa seperti sandiwara, tapi aku yakin semu ini karena Allah.Robbi yang maha bijak.
TERIMA KASIH ya Allohh…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar